Tampilkan postingan dengan label Cerpen remaja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen remaja. Tampilkan semua postingan

Senin, 11 Mei 2020

Si Boleng

Cerpen

Gubrakkkkkk,
Arin       : "Astaghfirullahaladzim"
Boleng : "Apa-apaan ini ?"
Arin      : "Maaf kang, saya nggak sengaja."
Boleng : "Lain kali hati-hatilah."
Arin      : "Iya kang, sekali lagi maaf."
Boleng pun langsung berlalu meninggalkan koridor sekolah, tempat dimana Arin masih terpaku setelah kejadian tabrakan tadi . Gadis itu sedang mengutuki kebodohannya yang tidak hati - hati. Entah sedang lari kemana pikirannya waktu itu, sampai dia bisa menabrak seseorang yang sedang diam dan menghamburkan jajanan yang baru di belinya tepat di dada pria tadi.
Di tempat yang lain, tepatnya di wastafel toilet sekolah, Boleng sedang membersihkan sebagian muka dan kaos olahraganya yang kotor akibat saus jajanan yang tumpah akibat kecerobohan gadis tadi. Di sela\-sela dirinya sedang membersihkan saus yang menempel di tubuhnya, terbesit di pikiran boleng rasa penasaran terhadap gadis yang sebelumnya telah membuatnya sampai di wastafel sekolah tersebut. "Cantik", gumam boleng dalam pikirannya, "Ah bodo amat,"  lanjut Boleng sesaat setelah tersadar dari lamunannya.
Boleng adalah sebuah nama julukan yang diberikan oleh teman - temannya. Dia bernama asli Rizal Naoko Bolgensis, seorang siswa kelas XII IPES 1 SMA Kencana Abdi. Bolgensis adalah Nama keluarga besarnya yang disematkan di akhir namanya. Keluarga Bolgensis merupakan salah satu keluarga terelit dan terpandang di Kota Lampang, kota tempat tinggal Boleng. Keluarga itu merupakan keluarga pimpinan sekaligus owner perusahaan jasa pijat terbesar di kota itu. Jasa tenaga pijat dari perusahaan itu di salurkan ke tempat - tempat SPA besar di kota Lampang dan sekitarnya. Oleh sebab itu, Boleng lebih tenar  dengan julukan yang di ambil dari suku kata bagian depan nama keluarganya. Ya, Bolgensis yang di plesetkan oleh teman - temannya menjadi Boleng. Dia juga merupakan siswa terpopuler di sekolah tempatnya menimba ilmu. Selain karena wajahnya yang tampan, tetapi juga karena prestasi yang membanggakan di bidang olahraga, khususnya sepak bola. Dia adalah kapten kesebelasan sepak bola sekolahnya yang baru saja menjuarai PORSENI tingkat kabupaten. Sehingga karena hal itu, banyak dari berbagai kalangan di sekolah baik guru maupun siswa yang memuji keberhasilan yang baru di raihnya, terlebih lagi para gadis sekolah tersebut, yang begitu terpesona dan mengelu - elukan keberhasilannya.
Sementara Arin adalah nama panggilan yang diberikan teman - temannya kepada seorang gadis yang bernama asli Arin Al - Fathimi. Arin merupakan seorang gadis yang masih duduk di kelas XI IPE 1. Dia merupakan bintang kelas dan juga siswa populer di sekolahnya. Bukan hanya karena kecantikannya, tapi juga karena prestasi yang selama ini diraihnya, rangking 1 pararel di angkatannya. Tak ayal, banyak siswa laki - laki yang menaruh perhatian lebih terhadapnya.
Boleng dan Arin saat ini bersekolah di sekolah yang sama yakni SMA Kencana Abdi. Sekolah mereka merupakan sekolah yang berada di bawah naungan yayasan pesantren Al Makmur. Pesantren Al-Makmur juga merupakan tempat mereka mesantren saat ini, salah satu pesantren terbesar di Kota Lampang. Tak ayal, kejadian tabrakan tadi menjadi momok yang sedikit memalukan dan menakutkan bagi mereka berdua, jika sampai ada pengurus pesantren yang melihat kejadian tadi, pasti mereka akan mendapatkan teguran atas kecerobohannya.

"Hey bro.." sapa Ghani dan Anas bersamaan pada Boleng yang baru saja di lihatnya keluar dari kamar mandi.

"Eh iya". Jawab Boleng singkat.
"Kenapa kaos lo basah gitu? Abis main basah-basahan nih?" Ledek Ghani sambil tertawa kecil.

"Sembarang lo". Jawab Boleng sewot.
"Bwahahaha- hahaha". Spontan Ghani dan Anas tergelak melihat Boleng sewot.

"Lha terus gimana ceritanya lo bisa aneh begini, secara lo kan siswa paling cool dan keren di sekolah ini, kok sekarang malah longsor begitu tampilan lo?" Timpal Anas diikuti gelak tawa dia dan Ghani.

"Diam lo pada", jawab Boleng menekankan suaranya.
"Nyerocos mulu lo pada, kaos gue abis ketumpahan saus gara-gara cewek ceroboh tadi." Lanjut Boleng menjelaskan.
"Oooooo," sahut Ghani dan Anas memahami penjelasan dari Boleng.

Di Kelas XI IPE 1
Saut-menyaut suara itu saling beradu frekuensi getaran, beradu satu dengan lainnya tanpa memperdulikan suara lainnya yang juga terdengar sangat memekikkan telinga. Ibarat kata, kicauan burung-burung yang sedang di landa asmara di musim kawin berpindah ke gedung kelas itu. Di salah satu bangku yang terletak di pojok kelas, terdapat seorang gadis yang sedang melamun dengan kesendiriannya.

"Arin!" Sapa Zahra sedikit mengagetkan, sehingga Arin tersadar dari lamunannya.
"Emm..iya, ada apa Ra?" Jawab Arin sekaligus bertanya.

"Diem - diem aja kamu Rin, kaya orang lagi di lukis gitu, bengong tanpa gerak. Saya perhatikan sejak kamu tadi kembali dari kantin kamu kok melamun gitu, ada apa Rin?" Tanya Zahra.

" Emm, gak ada apa-apa kok Ra, cuma lagi kecapean aja aku Ra, semalaman aku kurang tidur mungkin". Jawab Arin berkilah, "Ohya Tugas Biologimu yang buat besok pagi udah belum Ra?" Lanjut Arin mengalihkan pembicaraan.

"Elehhhh, Arin,Arin, gak usah ngalihin pembicaraan deh. Saya bisa liat kok dari raut wajah kamu, lagi mikirin sesuatu yah??," Tanya Zahra sambil memainkan bolpoin di tangannya.

Waduh nih anak, kenapa bisa bener tebakannya yah? Apa mungkin dia Cenayang? Bathin Arin sambil tertawa kecil.

"Eh iya, sampe lupa. Kamukan sahabat aku yang paling perhatian, terima kasih atas perhatiannya ya Ra, tapi aku nggak papa kok Ra." Timpal Arin pada Zahra.

" Udahlah Rin, gue udah paham sama kamu kok kalo lagi begin, cerita aja sama aku, barangkali dengan cerita sama aku pikiran kamu bisa lebih plong dari sekarang. Dan juga siapa tau aku bisa bantu cari solusinya ataupun kita bisa cari solusinya bersama-sama." Ucap Zahra sembari memegang pundak sahabatnya yg tertutup kerudung ungu muda itu.

"Emmm, ya udah deh, nanti sepulang sekolah kita ke kantin mba Muji yak, kita ngobrol-ngobrol disitu sebentar sebelum masuk Diniyah." Jelas Arin sembari membetulkan posisi duduknya.

"Oke Rin, jangan lupa sekalian traktirannya ya, haha" ucap Zahra tergelak sambil duduk berbenah karena datangnya seorang guru masuk kelas yang menandakan jam belajar hendak di mulai kembali.

Sepulang Sekolah
"Assalamualaikum Ughhtiey Arin, sudah lama menunggu ya,?" Tanya Zahra pada Arin sambil senyam-senyum merasa bersalah.

"Waalaikumussalam ustadzah Zahra, belum ko, baru juga 3600 detik," ejek Arin pada Zahra karena sudah lama menunggu.
Sepulang sekolah ia langsung menuju kantin Mba Muji. Sementara Zahra Pulang dulu ke kamar tidurnya di Asrama Al-Hawa, kamar Zahra selama mesantren. Sementara itu, sebenarnya Arin juga sekamar dengan Zahra di pesantren itu. Tetapi, karena beberapa waktu lalu Arin baru saja terkena penyakit tipus dan masih menjalani berobat jalan, dia belum di izinkan tinggal di pesantren terlebih dahulu oleh orang tuanya. Dia di perintahkan untuk tinggal sementara waktu di rumah pamannya yang masih tetangga pesantren. Ya, karena alasan kesehatan itu Arin pun menerimanya, tetapi dia juga masih bisa melanjutkan belajar Diniyahnya dengan cara berangkat dari rumah pamannya ketika jadwal Diniyah berlangsung.

"Maaf ya Rin, aku datangnya agak terlambat soalnya tadi aku lupa nggak ngasih tau kamu kalo cucian aku numpuk Rin hehe," ucap Zahra pada Arin sambil cengengesan.