Niat Sholat Taubat
(Edisi Kenangan Ramadlan)
Silau cahaya matahari mulai mendekati waktu istiwa'nya. Kala itu, kami berlima yakni Abdul, Marzuqi, Ahmad dan aku sendiri tengah menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Syaikh kami. Ya, waktu itu kami berada di kebun milik Syaikhona, di lereng sebuah pegunungan yang masih terjaga keasrian alamnya. Di kebun itu juga terdapat pemondokan untuk para santri yang di tugaskan untuk menjaga dan merawat kebun tersebut. Tentu saja dilengkapi dengan mushola, kamar mandi, dan juga dapur. Di sebelah kiri pemondokan juga terdapat gubuk kandang domba yang di dalamnya terdapat sekeluarga domba berjenis domba kampung, sekeluarga domba itulah yang menemani santri penjaga kebun ketika diselimuti keheningan.
Abdul dan Ahmad waktu itu tengah membersihkan dahan-dahan pohon pisang yang sudah kering, daun-daun kering itu di kumpulan lalu di pindahkankan ke tempat pembusukan sampah yang kemudian di jadikan pupuk kompos untuk tanaman perkebunan di kemudian hari. Bukan hanya dari daun kering itu saja melainkan dari sampah-sampah organik lain juga di tampung di tempat itu. Setelah dirasa pohon-pohon pisang itu bersih dari daun kering, mereka berdua pun memeriksa apakah ada buah pisang yang matang untuk di petiknya dan kemudian di bawa ke dapur pesantren.
Sementara itu, aku dan Marzuqi mendapatkan tugas lain yaitu membersihkan rerumputan liar yang berada di Kebun Lemon sebelah Kebun Pisang. Sudah separuh kebun kami bersihkan dengan alat bernama sabit. Dan tak terasa otot-otot bisep dan trisep kami mulai mengendurkan dayanya menginginkan untuk di luruskan. Kadang kala kami berduapun melakukan peregangan sederhana untuk mengimbangi otot-otot tersebut yang mulai berontak hebat.
Di tempat lain, Syaikh kami sedang berbincang dengan pak tukang yang kebetulan sedang membersihkan cangkul setelah dipakainya untuk mencangkul parit kecil di depan pemondokan. Sebelum berbincang dengan pak tukang, Syaikh juga bergabung dengan kami dan mengajari kami bagaimana cara merawat kebun dengan baik dan benar, beliau langsung yang mencontohkan kepada kami tentang hal itu. Hal itulah yang selalu kami nantikan ketika berada di kebun, bagaikan sepoi-sepoi angin segar yang berhembus di saat terik matahari menyengat. Beliau memberikan wejangan bagaimana agar kebun tetap terjaga dari hama, bagaimana cara agar tidak mudah lelah ketika berkebun, bagaimana cara merawat alat-alat perkebunan dengan baik, dan juga seringkali di beri stimulus berupa kisah religius berkaitan dengan hal yang kita lakukan. Seringkali beliau mencontohkan bahwa Baginda Nabi SAW. adalah sosok pekerja keras, sosok yang sangat menjaga kebersihan, dan juga banyak sosok lainnya yang patut di jadikan contoh bagi kita semua.
"Dul, adzan, sampun Dzuhur". Titah Syaikh kepada Abdul yang kala itu tidak jauh dari tempat Syaikh berada.
"Nggih Bah, Niki Ajeng wudlu riyen". Jawab Abdul sambil berlalu ke tempat wudlu.
"Sing lintune liren sek, sampun dluhur, sholat riyen, bar kui tembe mulai maneh". Ucap Syaikh kepada santri-santri yang lain selain Abdul.
"Nggih Bah," serempak mereka menjawab.
Setelah mereka selesai mengambil air wudlu, merekapun sholat berjamaah bersama Syaikh. Setelah Ritual kebutuhan rohani dan wiridl-wiridl lainnya selesai, Syaikh pun melanjutkan dengan membuka majlis tanya jawab seputar apa saja. Sebelum di buka sesi tanya jawab, biasanya Syaikh memberikan nasihat-nasihat ataupun pengajian sekitar 15-25 menit.
"Silahkan bila ada yang mau bertanya". Syaikh menawarkan kepada semua orang yang berada di majlis. Ya, menggunakan bahasa nasional karena tidak semua santri yang berada disitu berasal dari suku Jawa.
Satu detik, dua detik, tiga detik , empat detik, belum ada yang bertanya. Dan pada akhirnya ada seorang santri asal tanah Melayu yang bertanya. Santri bernama X itu mengacungkan tangan.
"Silahkan." Ucap Syaikh.
"Sebelumnya mohon maaf Bah, saya izin bertanya, bagaimana cara supaya kita mengetahui leluhur kita keatas sampai leluhur ketujuh seperti yang pernah saya dengar dari pengajian Abah?, Waktu itu kata Abah jika seseorang yang sudah mengetahui 7 leluhurnya keatas akan mudah mendapatkan futuh?"
" Oh nggih," tanggap Syaikh yang selanjutnya menjawab pertanyaan tersebut dengan detail dan jelas.(******jawaban********).
"Ada yang bertanya lagi" ucap Syaikh selanjutnya.
"Thik-thik-thik-think", bunyi dentingan jarum jam berdetik mungeheningkan suasana. waktu itu berlalu beberapa puluh detik belum juga ada yang bertanya, sehingga akupun memberanikan diri untuk menanyakan unek-unek yang ada di kepalaku. Akupun mengacungkan tangan.
"Silahkan bertanya apa,?" Syaikh mempersilahkan.
" Ngapunten sedurunge bah, Niki Kulo Ajeng tangled tentang taubat bah, kepripun caranipun taubat ingkan bener bah?"
Dan selanjutnya Syaikh pun menjawab pertanyaan tersebut dengan detail dan jelas berikut tata urutan taubat yang benar seperti yang di contohkan Oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. Beliau Syaikh berucap niat sholat taubat seperti ini redaksinya " Nawaitu Usholli Sunnatat Taubati minal Dzunubil Kabiriyah au Shoghiriyah Mustaqbilal Qibalati ada'alillahi Ta'ala Allahu Akbar"
Rokaat pertama setelah baca Fatihah di baca surat an-nashr(Idza ja) dan untuk rokaat keduanya setelah Fatihah dibaca surat Al - kafirun( Qulyaa).
Nb. Mohon maaf apabila ada kesalahan 🙏, semoga kita semua tergolong orang-orang yang senantiasa bertaubat kapada Allah SWT. atas semua kesalahan-kesalahan kita.